Blog

Simak, ini Penjelasan Lengkap Mengenai Gaya Kepemimpinan Laissez Faire!

danain-Gaya kepemimpinan Laissez Faire-gambar seseorang membuka tab

Gaya kepemimpinan Laissez Faire

Ada banyak gaya kepemimpinan di dunia ini, salah satunya Laissez Faire. Lantas, seperti apa gaya kepemimpinan Laissez Faire?

Gaya kepemimpinan merupakan upaya seseorang untuk memengaruhi atau memberdayakan orang lain, baik dalam perusahaan atau organisasi. Pengertian lainnya, gaya kepemimpinan adalah pola tingkah laku yang dirancang untuk mengintegrasikan tujuan organisasi dengan tujuan individu guna mencapai suatu tujuan tertentu.

Intinya, setiap organisasi punya gaya kepemimpinan yang berbeda satu sama lain, tergantung sistem yang dianut, banyaknya karyawan, hingga target yang harus dikejar.

Nah, bicara gaya kepemimpinan, ada fakta menarik yang perlu kamu tahu. Selama ini, kamu mungkin sudah sering mendengar tentang jenis-jenis gaya kepemimpinan dalam sebuah organisasi, seperti gaya kepemimpinan otoriter, demokratis, hingga visioner.

Baca juga: Bos Walt Disney: Miliki 8 Prinsip ini jika Mau jadi Pemimpin Hebat!

Namun, tahukah kamu jika ternyata ada jenis gaya kepemimpinan lain yang bernama Laissez Faire? Meski tak setenar gaya kepemimpinan yang telah disebutkan sebelumnya, tapi gaya kepemimpinan satu ini tetap ada yang menganutnya.

Langsung saja, berikut kami beberkan penjelasan lengkap tentang gaya kepemimpinan Laissez Faire, seperti dikutip dari berbagai sumber.

SEJARAH LAISSEZ FAIRE

Sebelum membahas gaya kepemimpinan Laissez Faire secara lebih rinci, ada baiknya untuk tahu dulu tentang istilah asing tersebut berdasarkan sejarahnya.

Dilansir laman Kompas.com, Laissez Faire ada sebuah istilah dalam Bahasa Prancis yang berarti “Biarkan apa adanya.”

Awal mulanya, Laissez Faire merupakan doktrin ekonomi yang berkembang pada abad ke-18, di mana menentang segala intervensi pemerintah dalam setiap urusan bisnis. Penganut Laissez Faire kala itu percaya, semakin kecil peran pemerintah dalam ekonomi, maka makin baik pula prospek usaha di negara tersebut.

Baca juga: Kerap Dicap Negatif, Mampukah Generasi Milenial jadi Pemimpin yang Berkualitas?

Penggunaan istilah Laissez Faire dalam konteks ekonomi pertama kali muncul pada tahun 1681, saat pertemuan antara Menteri Keuangan Prancis Jean-Baptiste Colbert dan seorang pengusaha bernama Le Gendre. Ketika itu, Colbert bertanya kepada Le Gendre tentang bagaimana sebaiknya pemerintah membantu perdagangan.

Le Gendre pun menjawab, “Leissez-nous faire,” yang artinya “Biarkan saja.”

GAYA KEPEMIMPIAN LAISSEZ FAIRE

Pemimpin yang menerapkan Laissez Faire adalah sosok pemimpin yang memberikan kebebasan besar kepada setiap orang yang dipimpinnya, baik dalam melakukan pekerjaan atau pengambilan keputusan. Dengan demikian, setiap orang yang ada dalam organisasi bisa bekerja dengan cara yang menurutnya tepat, tanpa ada batasan atau tekanan dari pemimpinnya.

Di sini, pemimpin hanya akan memberikan partisipasi yang sangat sedikit dalam organisasi. Bahkan, dalam beberapa kasus, pemimpin tidak ikut terlibat dalam menentukan tugas yang harus dikerjakan oleh bawahannya. Pun terkait komentar, pemimpin tidak pernah mengatur atau menilai anggotanya.

Kendati begitu, di samping sikap yang seakan tidak peduli dengan keadaan para anggotanya, pemimpin Laissez Faire cukup menuntut agar setiap anggota selalu siap dalam memberikan informasi yang dimintanya.

Berikut ciri-ciri pemimpin Laissez Faire yang perlu kamu tahu:

– Membiarkan bawahannya untuk mengatur dirinya sendiri.

– Pemimpin hanya menentukan tujuan umum dan kebijaksanaan.

– Memberikan kesempatan kepada bawahan dalam pengambilan keputusan yang dianggap tepat.

Baca juga: Berbagai Kisah Orang Sukses yang Menginspirasi untuk Kaum Milenial

Secara garis besar, pemimpin yang menerapkan gaya kepemimpinan Laissez Faire sejatinya tidak bisa dikatakan sebagai pemimpin organisasi yang sesungguhnya. Bagaimana tidak? Para bawahannya sama sekali tidak mendapatkan arahan untuk menjalankan tugas, sehingga setiap pencapaian yang diperoleh bisa dibilang tidak lepas dari orang-orang kompeten di bawahnya. Fakta lain yang tak kalah penting, kekacauan akan sering terjadi dalam organisasi yang dipimpin oleh penganut Laissez Faire.

Sekadar informasi tambahan, ada dua tokoh terkenal yang menerapkan Laissez Faire dalam kepemimpinannya. Mereka adalah Adam Smith dan George Herbert Walker Bush.

Leave a Reply