Kita sering mendengar istilah inflasi dalam dunia ekonomi. Berikut kami beberkan jenis-jenis inflasi berdasarkan tingkat keparahannya yang perlu kamu tahu!
Inflasi kerap dijadikan indikator dalam mengukur stabilitas ekonomi suatu negara. Lantas, apa yang dimaksud dengan inflasi?
Menurut laman resmi Bank Indonesia, inflasi merupakan kenaikan harga barang dan jasa secara umum dan terus menerus dalam jangka waktu tertentu. Sementara menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), inflasi adalah kemerosotan nilai uang kertas akibat banyaknya peredaran uang kertas dan kenaikan harga barang.
Dalam kesempatan ini, kami akan mengulas tentang inflasi secara keseluruhan, termasuk jenis-jenis inflasi berdasarkan tingkat keparahannya. Yuk, simak sampai tuntas!
PENYEBAB INFLASI
Ada sejumlah faktor yang menyebabkan terjadinya inflasi di sebuah negara. Sebagaimana dikutip dari laman klc.kemenkeu.go.id, faktor-faktor tersebut antara lain:
– Permintaan yang lebih besar daripada supply.
– Kenaikan bahan baku atau biaya produksi.
– Tekanan permintaan dan dorongan ongkos.
– Peredaran uang kartal yang tidak terkendali.
– Kekacauan politik dan ekonomi suatu negara.
– Tuntutan kenaikan upah.
JENIS INFLASI BERDASARKAN ASAL
Inflasi berdasarkan asalnya terbagi menjadi dua kategori, yakni:
Berasal dari dalam negeri (domestic inflation)
Jenis inflasi ini umumnya diawali dengan adanya defisit dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Kalau pemerintah memutuskan untuk membiayai APBN dengan mencetak uang baru, maka hal itu akan meningkatkan jumlah uang yang beredar. Jika terjadi, maka harga-harga kebutuhan akan meningkat. Alhasil, timbulah inflasi di dalam negeri.
Baca juga: 6 Contoh Ekonomi Kreatif yang Bisa Dilakukan oleh Kaum Milenial
Hal lain yang juga menyebabkan inflasi di dalam negeri adalah meningkatnya biaya produksi dan meningkatnya permintaan masyarakat terhadap barang, sementara kenaikan penawaran tak bisa mengimbanginya.
Berasal dari luar negeri (imported inflation)
Inflasi dari luar negeri muncul karena naiknya harga-harga kebutuhan di luar negeri atau di negara-negara yang menjadi mitra dagang. Karena harga kebutuhan meningkat, maka secara otomatis harga barang yang dijual di dalam negeri pun akan menjadi lebih tinggi.
JENIS INFLASI BERDASARKAN TINGKAT KEPARAHANNYA
Melansir laman Kompas.com, jenis inflasi berdasarkan tingkat keparahannya terbagi menjadi 4 kelompok, yaitu:
Inflasi rendah (creeping inflation)
Inflasi jenis ini ditandai dengan peningkatan laju inflasi yang tergolong rendah, biasanya kurang dari 10 persen per tahun. Ciri dari inflasi rendah adalah kenaikan harga yang relatif lambat dan berlangsung dengan lamban. Inflasi rendah umumnya dibutuhkan dalam ekonomi, sebab akan mendorong produsen untuk memproduksi lebih banyak lagi barang dan jasa.
Baca juga: Jangan Terlalu Panik, Resesi Bukan Krisis Ekonomi!
Inflasi sedang (galloping inflation)
Jenis inflasi berdasarkan tingkat keparahannya yang kedua adalah inflasi sedang. Inflasi ini ditandai dengan naiknya harga barang dalam waktu singkat. Laju inflasi sedang berada di angka 10-30 persen per tahun.
Inflasi berat (high inflation)
Sesuai namanya, jenis inflasi ini tergolong berat, yakni berada di angka 30-100 persen per tahun. Dalam kondisi ini, harga kebutuhan pokok masyarakat akan naik secara signifikan dan sulit untuk dikendalikan.
Inflasi sangat tinggi (hyperinflation)
Yang terakhir adalah hyperinflation alias inflasi sangat tinggi, besarnya mencapai lebih dari 100 persen per tahun. Pada kondisi ini, masyarakat tak mau lagi menyimpan uang karena nilainya sangat turun. Alhasil, banyak yang menukar uang dengan barang.
Baca juga: Hebat, Indonesia di Posisi Kelima untuk Negara dengan Startup Terbanyak!
Sekadar informasi, Indonesia pernah mengalami hal ini pada tahun 1960-an. Saat itu, inflasi di Tanah Air mencapai angka 600 persen.
Ya, itulah jenis inflasi berdasarkan tingkat keparahannya yang perlu kamu tahu. Semoga bermanfaat!
Leave a Reply