Maraknya tren musiman di masyarakat yang muncul secara tiba-tiba mengindikasikan terjadinya fenomena monkey business. Berhati-hatilah dengan hal tersebut, sebab bisa menghancurkan kondisi finansial kamu!
Pernah dengar istilah monkey business? Jika belum, artikel kali ini bisa membuka wawasan kamu tentang hal tersebut. Yuk, simak ulasan lengkapnya sampai tuntas!
Monkey business, sekalipun memiliki arti bisnis monyet, ternyata bukan sebuah bisnis yang berhubungan dengan jual-beli monyet atau bisnis topeng monyet. Istilah tersebut lebih mengarah pada sebuah perumpamaan tentang strategi bisnis yang bisa merugikan orang lain, namun menguntungkan diri sendiri. Mirip dengan sikap monyet, yang ketika sudah mendapatkan keuntungan (makanan), akan langsung lari atau kabur tanpa jejak.
Pelaku monkey business biasanya sudah mengatur tren musiman di kalangan masyarakat. Mereka kerap menciptakan suatu tren yang digemari oleh banyak orang, tapi mereka juga yang pada akhirnya akan melepaskan barang dagangannya di pasaran dengan harga yang selangit.
Alhasil, masyarakat yang mudah percaya dengan tren musiman tersebut tak sungkan untuk meggelontorkan uang demi memperoleh keuntungan di kemudian hari. Padahal, fakta yang terjadi justru sebaliknya, nilai barang yang telah dibeli malah mengalami penurunan yang signifikan. Demikian seperti dikutip dari laman indozone.id.
Baca juga: Sederet Bisnis Unik yang Menguntungkan ini Patut Banget untuk Dicoba, Hasilnya Nggak Main-main!
Bisnis seperti ini tergolong kotor dan merugikan banyak orang. Karena itu, sudah sepatutnya para pengusaha menjauhi strategi tersebut dan lebih mengedepankan praktik-praktik usaha yang jujur dan bermartabat.
Nah, bagi kamu yang masih bingung dengan fenomena monkey business, berikut kami berikan analoginya agar lebih mudah untuk dipahami. Simak baik-baik, ya!
“Suatu hari di sebuah desa, ada pria kaya raya (sebut saja A) dan asistennya yang mengumumkan bahwa mereka akan membeli kera dengan harga Rp 50 ribu per ekor. Kebetulan, di desa tersebut banyak kera yang berkeliaran dan kerap dianggap sebagai hama.
Penduduk desa pun berbondong-bondong memburu kera sampai ke hutan dan menangkapinya satu per satu, hingga akhirnya populasi kera di wilayah tersebut menurun drastis. Setelah itu, si A membeli ribuan ekor kera dari warga dengan harga yang telah disepakati di awal.
Dengan populasinya yang kian anjlok, si A kembali mengumumkan kepada penduduk desa bahwa ia bersedia membeli kera dengan harga Rp 150 ribu per ekor. Tentu saja, warga makin antusias untuk mencari hewan tersebut, sampai akhirnya populasi kera di sana benar-benar habis.
Baca juga: Berbisnis Tanpa Modal, Memang Bisa? Ini Kuncinya!
Masih dengan strategi yang sama, si A lagi-lagi memberikan pengumuman bahwa ia berani membeli kera dengan harga yang sangat mahal, yakni Rp 600 ribu per ekor. Namun sayang, karena telah punah, tak ada satu pun warga yang berhasil menangkap kera untuk dijual kembali.
Sampai suatu ketika, si A mengatakan jika ia akan pergi ke kota untuk urusan bisnis. Ia pun menugaskan sang asisten untuk melanjutkan bisnis kera di desa tersebut.
Nah, selagi si A pergi meninggalkan desa, sang asisten lantas menawarkan kera-kera yang telah dikumpulkan di kandang kepada para penduduk. Harga yang ditawarkan adalah Rp 350 per ekor, dengan iming-iming nantinya para warga bisa menjual kembali pada si A dengan harga Rp 600 ribu.
Tanpa pikir panjang, para warga pun memborong kera-kera tersebut dengan tabungan yang dimiliki. Namun nahas, beberapa hari kemudian, sang asisten pergi menghilang dan si A pun tak pernah kembali ke desa itu.
Alhasil, kedua orang licik itu kabur dari desa dengan keuntungan yang sangat besar, sedangkan masyarakat mengalami kerugian yang sangat fantastis.”
Ya, itulah gambaran monkey business yang perlu kamu tahu, sehingga wajib untuk diwaspadai. Intinya, para pelaku bisnis kotor ini akan kabur tanpa jejak setelah mendapatkan keuntungan besar dari para korbannya.
Baca juga: Pandemi Covid-19 adalah Waktu Terbaik untuk Memulai Bisnis, ini Alasannya!
Adapun contoh lain monkey business di dunia nyata adalah sebagai berikut: Arisan bodong yang menggunakan skema ponzi, bisnis batu akik, bisnis tokek, hingga jual-beli tanaman janda bolong dengan harga yang tak masuk akal.
Saran dari kami, berhati-hatilah dengan tawaran bisnis seperti halnya yang telah disebutkan di atas. Akan lebih baik jika kamu memanfaatkan uang yang dimiliki untuk berinvestasi atau mengembangkan dana di instrumen terpercaya, seperti emas, properti, atau P2P Lending yang saat ini tengah naik daun.
Leave a Reply