Blog

Sering jadi Pertanyaan, Berapa Sih Biaya yang Harus Dikeluarkan untuk Rapid Test di Puskesmas?

Danain-biaya rapid test di puskesmas-gambar disuntik

Rapid test jadi salah satu cara yang kerap digunakan oleh tenaga medis untuk mendeteksi Covid-19 di dalam tubuh manusia. Metode tes ini pun jadi syarat wajib bagi masyarakat yang ingin bepergian ke berbagai daerah menggunakan pesawat terbang atau kereta api jarak jauh.

Rapid test merupakan skrining awal virus corona melalui sampel darah manusia. Sampel inilah yang memberi informasi adanya imunoglobulin atau IgM dan IgG di dalam tubuh.

IgM dan IgG adalah antibodi yang dihasilkan tubuh saat seseorang terpapar virus corona. Jika rapid test menunjukkan hasil positif, pemeriksaan akan dilanjutkan dengan swab test menggunakan PCR. Swab test ini untuk memastikan apakah IgM dan IgG yang diproduksi memang karena virus corona atau bukan. Sementara jika hasilnya negatif, maka akan dilakukan pengecekan ulang dalam kurun waktu 7-10 hari ke depan.

Cara kerja rapid test cukup sederhana. Petugas kesehatan mengambil sampel darah, kemudian meneteskannya pada alat uji bersama cairan penanda antibodi. Perlu waktu 10-15 menit untuk mendapatkan hasilnya. Dalam hal ini, garis pada C mengindikasikan bahwa pasien negatif, sementara garis pada C dan IgG atau IgM menandakan bahwa pasien terinfeksi.

Baca juga: Hal-hal yang Harus Diperhatikan saat Mencari Kerja di Masa Pandemi Covid-19

Pertanyaannya, berapa biaya yang harus dikeluarkan untuk melakukan rapid test di Puskemas, Rumah Sakit, atau layanan kesehatan lainnya?

Berikut ketentuannya berdasarkan Surat Edaran Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan bernomor  HK.02.02/1/2875/2020, sebagaimana dilansir Media Indonesia:

  1. Batasan tarif tertinggi untuk pemeriksaan Rapid Test Antibodi adalah Rp150.000.
  2. Besaran tarif tertinggi sebagaimana dimaksud pada angka 1 berlaku untuk masyarakat yang melakukan pemeriksaan Rapid Test atas permintaan sendiri.
  3. Pemeriksaan Rapid Test Antibodi dilaksanakan oleh Tenaga Kesehatan yang memiliki kompetensi dan berasal dari Fasilitas Pelayanan Kesehatan.
  4. Agar Fasilitas Pelayanan Kesehatan atau pihak yang memberikan pelayanan pemeriksaan Rapid Test Antibodi dapat mengikuti batasan tarif tertinggi yang ditetapkan.

Sementara itu, Ketua Satuan Tugas Covid-19 Doni Monardo juga menyampaikan bahwa pemeriksaan uji spesimen melalui tes usap bagi masyarakat yang punya kontak erat dengan pasien positif covid-19 sejatinya tak dikenakan biaya alias gratis. Kata dia, pemerintah pusat telah memberikan reagen ke berbagai daerah untuk melakukan uji sampel covid-19.

“Untuk yang di Puskesmas seharusnya gratis (tidak dipungut biaya) karena reagen itu diberikan dari pusat, dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) bersama Satgas Covid-19. Kemudian juga Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota juga ada yang menyelenggarakan (pengadaan) reagen sendiri,” ujarnya sebagaimana dikutip dari Merdeka.com.

Jika ada pihak yang mengenakan biaya untuk pelaksanaan tracing kontak erat dengan swab PCR, Doni meminta masyarakat agar segera melapor. Ditegaskannya, ”Kalau toh mungkin masih ada pungutan-pungutan, mohon kami bisa diinformasikan, sehingga kami bisa mencari solusinya.”

Pandemi belum usai, perkuat dana darurat

Bicara covid-19, kurang lengkap rasanya jika tak mengulas dampak keuangan bagi masyarakat secara luas. Maklum, akibat aktivitas ekonomi yang berlangsung tidak normal seperti saat ini, perencanaan keuangan otomatis akan ikut terganggu. Karena itu, dibutuhkan penyesuaian yang tepat dalam hal pengelolaan finansial.

Apa yang harus dilakukan masyarakat?

Menurut penasihat keuangan, perkuatlah dana darurat. Jika biasanya kamu menyisihkan 10-15 persen penghasilan untuk dana pensiun, mungkin sudah waktunya untuk mengurangi porsinya atau mengentikan sementara kontribusi ke pos tersebut.

Baca juga: Tambah Income di Tengah Pandemi Covid-19, ini Sederet Caranya!

“Jika dalam 3-6 bulan terakhir kamu tak memiliki dana darurat, sebaiknya hentikan sementara kontribusi ke rekening pensiun,” ujar perencana keuangan bersertifikat di Betterment, Nick Holeman, seperti dilansir CNBC.

Diungkapkan Holeman, memiliki dana darurat bisa memberikan ketenangan pikiran bagi seseorang. Hal itu sangat dibutuhkan di tengah siklus berita yang sangat menakutkan belakangan ini.

“Ketika kamu selalu khawatir tentang bagaimana akan membayar pengeluaran tak terduga, seperti untuk obat atau perbaikan kendaraan, pikiran kamu bisa terus menerus dalam keadaan stres,” pungkasnya.

Di sisi lain, Holeman juga menyarankan untuk memangkas sejumlah pengeluaran yang tidak begitu penting dalam kondisi seperti sekarang. Buatlah daftar biaya yang selama ini kamu keluarkan, lalu masukkan dalam rekening dana darurat. Ingat, lanjut Holeman, pemotongan ini hanya bersifat sementara. Kamu bisa memulainya kembali saat situasi telah kembali normal.

Lantas, berapa jumlah dana darurat yang perlu dimiliki seseorang dalam situasi pandemi seperti saat ini? Simak selengkapnya pada artikel berikut: Berapa Jumlah Dana Darurat yang Perlu Dimiliki saat Pandemi Covid-19?

Leave a Reply