Blog

Ingin Bebas Finansial? Ketahui Dulu Perbedaan Mendasar Pendapatan Aktif dan Pendapatan Pasif!

Sebagian dari Anda mungkin sudah mengerti tentang perbedaan antara pendapatan aktif (active income) dan pendapatan pasif (passive income). Meski demikian, masih banyak orang yang tidak benar-benar menyadari implikasi dari perbedaan kedua pendapatan tersebut. Padahal, untuk mencapai kebebasan finansial, penting bagi Anda untuk mengetahui perbedaan mendasar antara pendapatan aktif dan pendapatan pasif.

Apa itu kebebasan finansial? Anda tidak harus bekerja untuk memperoleh pendapatan, sebab uang akan bekerja untuk Anda. Dalam hal ini, Anda punya banyak waktu untuk melakukan apa saja yang disukai tanpa harus memikirkan keuangan. Dapat dipastikan, semua orang tentu ingin mencapai tujuan tersebut dalam kehidupannya.

Lantas, apa perbedaan pendapatan aktif dan pendapatan pasif?

Pendapatan aktif merupakan pendapatan yang diperoleh dari hasil kerja sehari-hari. Misal sebagai pegawai pemerintah atau swasta, pengacara, dokter, dan lain sebagainya. Intinya, Anda perlu menukarkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk memperoleh pendapatan jenis ini. Jika Anda berhenti bekerja, pendapatan pun akan ikut berhenti.

Sementara pendapatan pasif adalah pendapatan yang didapat tanpa harus bekerja atau melakukan usaha. Contoh: menyewakan properti, kendaraan, bagi hasil dari kerjasama bisnis, atau investasi di sejumlah instrumen, seperti saham, reksa dana, atau deposito. Sederhananya, ketika Anda berhenti bekerja, uang akan terus mengalir karena ada sistem yang bekerja mencarikan uang untuk Anda.

Bicara pendapatan, seorang ahli finansial berkebangsaan Amerika Serikat, Robert T. Kiyosaki, membagi sumber pendapatan menjadi 4 bagian. Ia menggambarkannya ke dalam sebuah kuadran yang disebut ESBI.

E : Employee/Karyawan. Orang yang bekerja untuk perusahaan atau orang lain. Mereka akan digaji setiap bulannya. Misal: Direktur, manajer, karyawan, atau buruh.

S : Self Employed. Disebut juga pekerja mandiri/profesi, di mana tidak bekerja untuk orang lain. Misal: Dokter, pengacara, pemilik toko, dan sebagainya.

B : Business Owner atau Pemilik Bisnis. Biasanya pengusaha-pengusaha besar. Mereka mempekerjakan orang untuk menjalankan usahanya, sehingga tidak perlu terlibat langsung dalam menjalankan aktivitas bisnis. Untuk ada di posisi ini, Anda harus punya modal yang sangat besar.

I : Investor. Orang yang menginvestasikan uangnya di sejumlah instrumen investasi, seperti halnya membeli saham perusahaan-perusahaan besar. Di posisi ini, Anda tak perlu bekerja, sebab uang akan bekerja untuk Anda.

Kiyosaki kemudian mengklasifikasikan pola tersebut ke dalam dua jenis kuadran, yakni kuadran kiri (Employee dan Self Employed) serta kuadran kanan (Business Owner dan Investor). Berikut gambarannya:

Pada kuadran kiri, Anda harus bekerja untuk mendapatkan penghasilan. Dengan penghasilan yang didapat, Anda bisa mewujudkan keinginan di masa depan, seperti membeli rumah, menyekolahkan anak, atau berpelesir ke luar negeri.

Secara keseluruhan, tidak ada yang salah dengan skema kerja seperti ini. Tapi, yang perlu Anda ingat, ada risiko besar yang membayanginya. Jika ternyata suatu saat Anda tidak bekerja lagi, entah karena di PHK, faktor usia, sakit, atau perusahaan bangkrut, secara otomatis penghasilan Anda juga akan terhenti. Artinya, hidup Anda akan jadi kacau dan rencana-rencana di masa depan pun berpotensi besar tidak terealisasi.

Beda halnya jika Anda berada di posisi kuadran kanan. Pada kuadran ini, Anda diajak untuk membangun sebuah aset yang nantinya akan menjadi sumber penghasilan. Secara garis besar, Anda juga harus bekerja dalam posisi ini. Tapi kerja yang dimaksud adalah membangun aset ketika masa awal merintis. Jika aset sudah terbentuk, Anda akan mendapatkan penghasilan secara terus menerus tanpa harus terlibat di dalamnya. Alhasil, rencana di masa depan pun akan lebih terjamin.

Pertanyaannya, bagaimana cara untuk menghasilkan pendapatan pasif?

Mulailah mengonversi pendapatan aktif ke sejumlah aset. Maksudnya, gunakanlah uang yang Anda punya dari hasil bekerja untuk membangun properti, bisnis, atau investasi. Dalam hal ini, Anda dituntut untuk memiliki sebuah ‘mesin’ atau sistem yang dapat menghasilkan keuntungan.

Jika Anda ingin membangun sebuah usaha atau bisnis, ada dua langkah yang bisa ditempuh untuk memiliki sebuah sistem. Anda bisa membuat sendiri atau membeli sistem tersebut.

Buat sistem

Misal: Anda ingin menjalankan bisnis restoran. Di sini, Anda perlu beberapa faktor pendukung, seperti tempat usaha, karyawan, teknik pemasaran, dan masih banyak lagi. Di satu sisi, langkah ini memang punya keunggulan, sebab Anda bisa mengendalikan penuh skema bisnis yang dijalankan. Meski demikian, Anda butuh keahlian dan biaya yang cukup tinggi untuk menjalankan sistem tersebut.

Beli sistem

Misal: Anda franchise atau membeli sistem sebuah waralaba minuman teh. Dalam hal ini, Anda tak perlu pusing memikirkan membangun sebuah sistem. Ketika sudah membeli, Anda akan mendapat gerobak, resep, bahan, hingga karyawan, sehingga tidak memakan banyak waktu untuk persiapan. Sementara kelemahannya adalah Anda tidak diperkenankan untuk mengubah sistem yang telah dijalankan.

Secara garis besar, perbedaan signifikan antara pendapatan aktif dan pasif adalah dari segi usaha dan waktu. “Kerja cerdas, bukan kerja keras”. Kira-kira, begitu istilah yang tepat untuk menggambarkan kondisi dua pendapatan tersebut. Pendapatan pasif tidak peduli seberapa keras Anda bekerja, sebab pendapatan tersebut akan mengalir layaknya air sungai menuju lautan. Sebaliknya, untuk memperoleh pendapatan aktif, Anda harus bekerja keras dan merelakan waktu yang Anda punya.

Hasilkan pendapatan pasif saat ini tak melulu bicara modal besar

Sebelum era digital, untuk menghasilkan pendapatan pasif, seseorang pada umumnya butuh modal besar untuk menciptakan sebuah sistem atau aset yang bisa menghasilkan pendapatan. Namun, saat ini, hal tersebut sudah tak berlaku. Dengan modal tidak begitu besar, pendapatan pasif sudah bisa diperoleh.

Caranya?

Anda bisa sisihkan uang yang didapat dari bekerja untuk berinvestasi di sektor Peer to Peer (P2P) Lending. Dengan cara tersebut, Anda bisa mendapatkan dua sumber penghasilan (aktif dan pasif) dalam waktu yang bersamaan. Hasilnya, kebebasan finansial pun sudah bisa Anda genggam.

Ingin tahu lebih jelas tentang P2P Lending? Baca: Catat, Ini Segudang Keuntungan Nabung di Danain Ketimbang di P2P Lending Lain!

Leave a Reply