Blog

Mengenal Sejarah Bank Indonesia dari Zaman Penjajahan Hingga Pra-Kemerdekaan

danain-sejarah Bank Indonesia-gambar kantor Bank Indonesia

Sejarah Bank Indonesia

Nama Bank Indonesia tentu sudah tidak asing lagi di telinga kita. Tapi, sudahkah kamu tahu tentang sejarah Bank Indonesia dan tujuan didirikannya?

Bank Indonesia (BI) merupakan bank sentral milik negara yang didirikan pada tanggal 1 Juli 1953. Meski termasuk lembaga milik negara, namun Bank Indonesia beroperasi tanpa campur tangan dari pemerintah maupun pihak lain yang bersangkutan.

Nah, di balik operasionalnya sebagai bank sentral dari masa pra-kemerdekaan hingga sekarang, Bank Indonesia ternyata memiliki sejarah yang cukup panjang di negara ini. Pada artikel berikut, kami akan mengajak kamu untuk membahas lebih jauh mengenai sejarah Bank Indonesia lengkap dengan tujuan didirikannya. Yuk, simak sampai tuntas!

Sejarah Bank Indonesia

Meski baru resmi didirikan pada tahun 1953, sejarah Bank Indonesia sebenarnya telah dimulai sejak tahun 1828. Di mana pada saat itu, Indonesia masih berada di bawah jajahan Belanda dan pemerintah Hindia Belanda memutuskan untuk mendirikan sebuah lembaga keuangan perbankan yang diberi nama De Javasche Bank (DJB).

Pada masa itu, De Javasche Bank memiliki tugas untuk mencetak serta melakukan pengedaran uang yang digunakan sebagai alat transaksi. Nama lembaga keuangan inilah yang kemudian menjadi cikal bakal berdirinya Bank Indonesia yang kita kenal saat ini.

Baca juga: Dari Barter Hingga Uang Digital, inilah Sejarah Uang dari Masa ke Masa!

Dalam perjalanannya, pemerintah Hindia Belanda memperluas cabang De Javasche Bank ke berbagai kota di nusantara saat itu. Beberapa kota tersebut meliputi Surabaya (1829), Semarang (1829), Makassar (1864), Padang (1864), Cirebon (1866), Pasuruan (1867), dan Solo (1867).

Selain memperluas cabangnya di dalam negeri, pemerintah Hindia Belanda juga membuka cabang De Javasche Bank di kota Amsterdam dan New York. Di sana, mereka mendapatkan banyak nasabah, bahkan mampu membeli banyak aset tanah di kota New York pada waktu itu.

Lanjut pada tahun 1870, pemerintah Hindia Belanda merilis Undang-undang Agraria atau yang lebih akrab disebut Agrarische Wet, yang berisi tentang pihak swasta dapat menyewa tanah pemerintah maupun tanah pribumi. Selain itu, mereka juga diperbolehkan untuk menanamkan modalnya di berbagai sektor bisnis milik pemerintah Hindia Belanda.

Pada tahun itu juga, De Javasche Bank makin berkembang hingga membuka lebih banyak kantor cabang di kota-kota strategis, seperti Yogyakarta (1879), Pontianak (1906),  Bengkalis (1907), Medan (1907), Banjarmasin (1907), Tanjungbalai (1908), Tanjungpura (1908), Bandung (1909), Palembang (1909), Manado (1910), Malang (1916), Kutaraja (1918), Kediri (1923), Pematang Siantar (1923), dan Madiun (1928).​

Akhir dari De Javasche Bank

Perjalanan De Javasche Bank harus berhenti pada tahun 1942, saat Jepang berhasil menduduki Indonesia. Di tahun itu, De Javasche Bank akhirnya dilikuidasi (dibubarkan) dan perannya digantikan oleh Nanpo Kaihatsu Ginko (NKG).

Pada tahun 1945, setelah Indonesia mengumandangkan kemerdekaannya, Belanda masih berupaya untuk menguasai NKRI melalui Netherlands Indies Civil Administration (NICA). Organisasi tersebut kembali mendirikan De Javasche Bank dengan tujuan utama mengacaukan kondisi perekonomian bangsa Indonesia kala itu.

Baca juga: Dari Inggris Hingga ke Indonesia, Ini Sejarah P2P Lending di Dunia

Di tahun itu juga, pemerintah Indonesia akhirnya memutuskan untuk mendirikan bank sirkulasinya sendiri yang diberi nama Bank Negara Indonesia (BNI). Hal inilah yang kemudian menimbulkan peperangan antarmata uang yang dikeluarkan oleh DJB dan BNI.

Selanjutnya, pada tahun 1949, terjadilah Konferensi Meja Bundar (KMB). Saat itu, keputusan yang didapat adalah De Javasche Bank menjadi bank sirkulasi untuk Republik Indonesia.

Berdirinya Bank Indonesia

Pada tahun 1951, pemerintah Republik Indonesia mendapatkan banyak desakan untuk mendirikan bank sentral sendiri sebagai bentuk kedaulatan ekonomi. Alhasil, pemerintah membentuk sebuah panitia khusus yang disebut Panitia Nasionalisasi DJB.

Dalam proses nasionalisasi tersebut, terjadi transaksi pembelian saham De Javasche Bank oleh Pemerintah NKRI mencapai 97% dari total saham yang ada saat itu.

Lalu di tanggal 1 Juli 1953, Pemerintah RI menerbitkan Undang-undang No. 11 Tahun 1953 tentang Pokok Bank Indonesia yang menggantikan peran DJB Wet Tahun 1922. Di tahun itu juga, De Javasche Bank berganti nama jadi Bank Indonesia yang akhirnya resmi terbentuk dan berdiri hingga sekarang.

Baca juga: Yuk, Kenal Lebih Dekat dengan Jenis-jenis Kredit Bank Berdasarkan Tujuan hingga Jangka Waktu Pengembalian!

Ya, itulah sekilas informasi tentang sejarah bank Indonesia yang kini kita kenal sebagai bank sentral bangsa kita. Siapa sangka, di balik nama besarnya, sejarah Bank Indonesia cukup panjang dan kompleks untuk diikuti.

Sekadar informasi, Bank Indonesia punya peran yang sangat penting dalam perekonomian bangsa kita, salah satunya menjaga stabilitas mata uang rupiah.

Leave a Reply