Saham gorengan mesti diwaspadai oleh para investor, terutama investor pemula. Lantas, apa saja ciri-ciri saham gorengan?
Semua investor perlu berhati-hati dalam memilih saham, terutama investor pemula yang baru terjun di pasar bursa. Salah satu yang perlu diwaspadai adalah saham gorengan, yang notabene bisa membuat boncos para investor.
Dalam kesempatan ini, kami akan mengulas tentang saham gorengan, mulai dari pengertian, ciri-ciri saham gorengan, hingga contoh kasusnya. Yuk, simak sampai tuntas!
PENGERTIAN SAHAM GORENGAN
Mengutip laman Bisnis.com, saham gorengan merupakan saham yang fundamentalnya kurang bagus atau jelek, namun ada oknum yang dengan sengaja memanipulasi harga saham tersebut untuk meraih keuntungan.
Dalam hal ini, oknum tersebut akan membentuk opini agar investor retail membeli saham yang diperdagangkan. Saat harga saham berhasil naik, oknum tersebut akan segera melakukan aksi profit taking.
Baca juga: Apa itu Right Issue Saham? Simak Penjelasan Lengkapnya di Bawah ini!
Kondisi inilah yang sangat berisiko bagi investor retail, terutama investor pemula. Ketika oknum berhasil memperoleh keuntungan di harga tertinggi, lalu memutuskan untuk menjual saham tersebut, tak menutup kemungkinan jika harga saham akan berbalik turun bahkan tidur.
Nah, agar tidak salah beli, investor perlu tahu ciri-ciri saham gorengan yang nampak renyah, padahal kenyataannya cuma sedang digoreng.
CIRI-CIRI SAHAM GORENGAN
Kapitalisasi Pasar Kecil
Pada umumnya, saham gorengan adalah saham lapis kedua atau ketiga di luar saham blue chip. Atau dengan kata lain, saham tersebut punya kapitalisasi pasar yang rendah.
Saham lapis kedua dan ketiga sengaja dipilih agar oknum bisa dengan mudah mengendalikan harga pasar. Namun demikian, kapitalisasi pasar yang kecil tak melulu mengindikasikan bahwa saham tersebut adalah saham gorengan.
Volume harian tidak wajar
Ciri kedua adalah volume harian yang tidak wajar.
Investor bisa menganalisis volume transaksi saham dengan memerhatikan volume perdagangan yang tiba-tiba melonjak. Dalam konteks ini, investor perlu melihat histori volume transaksi sebelumnya atau bisa menunggu hingga volume tersebut membentuk pola yang teratur.
Volatilitas harga tidak beraturan
Saham gorengan biasanya punya volatilitas harga yang tidak beraturan. Harga saham bisa tiba-tiba naik, tapi juga bisa turun dengan tiba-tiba.
Baca juga: Apa itu IPO Saham? Berikut Penjelasan dan Tujuannya!
Misal, harga saham A bergerak naik ke angka Rp 1.000 dari sebelumnya di level Rp 500. Tapi, tak menunggu lama, saham A tersebut bisa terjun ke angka Rp 500.
Masuk daftar unusual market activity (UMA)
Ciri terakhir, masuk dalam daftar UMA.
Untuk diketahui, Bursa Efek Indonesia (BEI) melakukan pengawasan terhadap saham-saham yang bergerak ekstrem lebih dari dua hari. Biasanya, saham-saham seperti itu akan disemprit oleh BEI.
Selain itu, investor juga perlu mengecek daftar emiten yang masuk dalam radar UMA. Ini menjadi alarm dan peringatan bagi investor.
Untuk menghindari peningkatan atau penurunan harga yang terlalu tajam, BEI menetapkan kebijakan auto rejection dengan batas atas dan batas bawah. Sederhananya, auto rejection adalah aturan mengenai pembatasan kenaikan maksimum dan penurunan minumum harga saham selama satu hari perdagangan.
Mekanismenya kurang lebih seperti ini: Sistem bursa akan melakukan penolakan secara otomatis terhadap penawaran jual atau beli jika harga saham melebihi batasan harga yang ditetapkan oleh BEI dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
CONTOH SAHAM GORENGAN
Saham A seharga Rp 100 naik jadi Rp 120 dalam waktu 3 hari. Investor membeli saham tersebut di harga Rp 120, yang mana itu adalah harga tertinggi baru.
Keesokan harinya, harga saham turun jadi Rp 110 dan investor tidak menutup transaksi tersebut walau sedang dalam keadaan rugi. Ia yakin bahwa harga saham akan semakin naik meski fundamentalnya buruk.
Baca juga: Terungkap, Ini 5 Penyebab Banyak Orang Enggan Investasi Saham!
Selama satu minggu, investor melihat harga saham sudah berada di angka Rp 50. Ia baru menyadari bahwa dirinya telah tergiring oleh seseorang.
Di sisi lain, oknum bandar sudah melakukan profit taking dan meninggalkan saham tersebut. Alhasil, investor mengalami kerugian lebih dari 50 persen dan aktivitas transaksi pada saham A-pun menjadi sepi.
Bagaimana, sudah tahu kan ciri-ciri saham gorengan? Semoga tidak terjebak di dalamnya, ya!
Leave a Reply