Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengadakan webinar Indonesia Millenials Financial Summit pada Senin (7/9) lalu. Dalam kesempatan tersebut, Anggota Dewan Komisioner Bidang Edukasi dan Perlindungan Konsumen OJK Tirta Segara membeberkan sejumlah tips keuangan bagi para milenial, khususnya di masa pandemi seperti sekarang.
Menurut Tirta, kaum milenial termasuk mahasiswa yang finansialnya masih didukung oleh orang tua, diimbau untuk selalu menyisihkan sebagian uangnya untuk ditabung atau investasi. Kata dia, menabung dalam bentuk uang bersifat likuid, tapi imbal hasilnya rendah. Sementara jika dalam bentuk emas, sifatnya juga likuid, namun tren harganya selalu naik.
“Kalau ada penghasilan itu harus dipotong untuk ditabung dulu baru sisanya dibelanjakan. Banyak orang salah, nabung kalau ada sisa lebih, tapi kenyataannya uang sudah habis duluan,” ujar Tirta, sebagaimana dikutip dari Merdeka.com.
Baca juga: Hal-hal yang Harus Diperhatikan saat Mencari Kerja di Masa Pandemi Covid-19
Tak hanya menabung, generasi milenial juga harus bisa membedakan antara kebutuhan dan keinginan. Salah satu caranya dengan menyusun daftar prioritas yang paling dibutuhkan. Yang tak kalah penting, siapkan pula dana darurat untuk mengantisipasi hal tak terduga yang kapan saja bisa terjadi di tengah pandemi ini.
Dengan tips yang diberikan tersebut, OJK berharap agar milenial semakin paham dengan keuangan, terlebih saat ini regulator juga tengah menggenjot tingkat literasi keuangan nasional yang baru mencapai 38 persen dan inklusi keuangan yang berada di angka 76 persen.
Generasi milenial rentan secara finansial
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) 2019 lalu, 64,19 juta jiwa penduduk Indnesia tergolong usia millenial. Tapi, sayangnya, tingkat literasi keuangan di Tanah Air masih tergolong rendah.
Generasi milenial pun jadi lebih rentan secara finansial. Penghasilan yang mereka dapatkan biasanya dihabiskan hanya untuk kesenangan semata. Milenial cenderung enggan untuk menabung atau menambah aset.
Baca juga: Siaran Pers: Di Tengah Pandemi Covid-19, Danain Dapat Kepercayaan dari Bank Sahabat Sampoerna
“Yang membuat mereka tidak invest bukan keterbatasan dana, tapi menghabiskan dana buat kesenangan. Logikanya berbeda dengan generasi yang konservatif,” ungkap Tirta.
Di level milenial, lanjut Tirta, sudah saatnya untuk mempelajari literasi keuangan. Sebagai generasi penerus bangsa, kaum milenial harus bisa melakukan investasi dari jauh-jauh hari, setidaknya sejak pertama kali memiliki pekerjaan. Diungkapkannya, “Milenial ini harusnya sejak mulai kerja langsung melakukan investasi mereka sebagai critical economic players.”
Tirta juga menuturkan bahwa investasi yang dilakukan sejak dini bisa menghasilkan dana pensiun 4 kali lipat dibanding bila dilakukan dalam waktu mendekati masa pensiun.
Baca juga: Pandemi Covid-19 adalah Waktu Terbaik untuk Memulai Bisnis, ini Alasannya!
Di sisi lain, minimnya literasi keuangan juga berpotensi besar membuat masyarakat terjebak dalam investasi bodong. Biasanya, mereka ‘terhipnotis’ oleh ajakan influencer yang produk investasinya kurang dipercaya.
“Ada beberapa produk investasi menggunakan influencer, menggunakan statement yang seolah-olah di-endorse masyarakat,” pungkas Tirta.
Nah, karena literasi keuangan ini merupakan hal yang penting, maka semua pihak sejatinya harus paham. Sejalan dengan itu, OJK pun terus melakukan edukasi terkait hal ini ke berbagai kelompok masyarakat, tak terkecuali kepada kelompok Pekerja Migran Indonesia.
Leave a Reply